Minggu, 08 Juni 2008

menghitung arah kiblat dan mengukur arah kiblat

Home Sekilas Vibilitas Hisab-Rukyat Kalender Gerhana JadwalShalat Kiblat Artikel Links Galeri Software Tamu
HAFAR 1427 H




Artikel :
MENGHITUNG ARAH KIBLAT &
MENGUKUR ARAH KIBLAT
Sriyatin Shadiq Al Falaky

Arah Kiblat dan Segitiga Bola
Kata Arah Kiblat, dua kata ini yang akan dicari formulasi dan hitungan penentuannya. Kata arah berarti jurusan, tujuan dan maksud[1], yang lain memberi arti jarak terdekat[2] yang diukur melalui lingkaran besar pada permukaan bumi[3], dan yang lain artinya jihad, syathrah dan azimuth[4]. Sedangkan kata Kiblat berarti Ka’bah yang terletak di dalam Masjidil Haram kota Mekah. Para ulama sepakat menghadap ke arah kiblat merupakan syarat sahnya shalat, maka kaum muslimin wajib menghadap ke arah kiblat dalam melakukan ibadah shalat. Dengan demikian arah kiblat adalah suatu arah (kiblat di Mekah) yang wajib dituju oleh umat Islam ketika ibadah shalat.

QS. Al Baqarah (2) ayat 142, 143, 144, 145,148, dan 149

Sabda Nabi SAW :
Artinya : Ka’bah (Baitullah) adalah kiblat bagi orang-orang di masjidil haram, masjidil haram adalah kiblat bagi orang-orang penduduk tanah haram (Mekah), dan tanah haram (Mekah) adalah kiblat bagi semua umatku di bumi, baik di barat maupun di timur. ( HR. Al Baihaqi dari Abu Hurairah)[5].

Arah kota Mekah yang terdapat Ka’bah (sebagai kiblat kaum muslimin) dapat diketahui dari setiap titik di permukaan bumi ini berada pada permukaan bola bumi, maka untuk menentukan arah kiblat dapat dilakukan dengan menggunakan Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri). Penghitungan dan pengukuran dilakukan dengan derajat sudut dari titik kutub utara, dengan menggunakan alat bantu mesin hitung atau kalkulator.

Untuk perhitungan arah kiblat, ada 3 buah titik yang harus dibuat, yaitu :

1. Titik A, diletakkan di Ka’bah (Mekah)
2. Titik B, diletakkan di lokasi tempat yang akan ditentukan arah kiblatnya.
3. Titik C, diletakkan di titik kutub utara.

Titik A dan titik C adalah dua titik yang tetap (tidak berubah-ubah), karena titik A tepat di Ka’bah (Mekah) dan titik C tepat di kutub utara (titik sumbu), sedangkan titik B senantiasa berubah, mungkin berada di sebelah utara equator dan mungkin pula berada di sebelah selatannya, tergantung pada tempat mana yang akan ditentukan arah kiblatnya.


Bila ketiga titik tersebut dihubungkan dengan garis lengkung pada lingkaran besar, maka terjadilah segitiga bola ABC, seperti gambar di bawah ini. Titik A adalah posisi Ka’bah (Mekah), titik B adalah posisi lokasi tempat/kota, dan titik C adalah kutub utara/titik sumbu.

Ketiga sisi segitiga ABC di samping ini diberi nama dengan huruf kecil dengan nama sudut didepannya (dihadapannya). Sisi BC dinamakan sisi a, karena berada di depan/ berhadapan dengan sudut A. Sisi CA dinamakan sisi b, karena berada di depan/berhadapan dengan sudut B. Sisi AB dinamakan sisi c, karena berada di depan/berhadapan dengan sudut C. Atau sudut di antara sisi b dan sisi c dinamakan sudut A, sudut di antara sisi c dan sisi a dinamakan sudut B, dan sudut di antara sisi a dan sisi b dinamakan sudut C. Sudut-sudut itu dihitung dengan derajat sudut.

Gambar di atas, dapatlah diketahui bahwa yang dimaksud dengan perhitungan arah kiblat adalah suatu perhitungan untuk mengetahui berapa besar nilai sudut B, yakni sudut yang diapit oleh sisi a dan sisi c.

Pembuatan gambar segitiga bola seperti di atas sangat berguna untuk membantu menentukan nilai sudut arah kiblat bagi suatu tempat dipermukaan bumi ini dihitung/diukur dari suatu titik arah mataangin ke arah mataangin lainnya, misalnya diukur dari titik Utara ke Barat (U-B), atau diukur searah jarum jam dari titik Utara (UTSB).

Untuk perhitungan arah kiblat, hanya diperlukan dua data tempat : 1). data lintang dan bujur Ka’bah (Mekah) f = 21o 25’ LU dan λ = 39o 50’ BT. 2). Data lintang tempat dan bujur tempat lokasi/kota yang akan dihitung arah kiblatnya. Sedangkan data lintang dan bujur tempat lokasi/kota yang akan dihitung arah kiblatnya dapat diambil dari taqwim/daftar/peta/buku yang tersedia lintang dan bujur tempatnya serta dari GPS (global positioning system).

Data dan Rumus Arah Kiblat yang Digunakan

a. Data yang Digunakan :

NO
INDONESIA
ARAB
INGGRIS
SIMBOL
1
lintang tempat
عرض البلد
latitude
phi = f
2
bujur tempat
طول البلد
longitude
lambda = λ

b. Data lintang dan bujur Ka’bah (kota Mekah) yaitu :

1). f lintang Ka’bah (kota Mekah) f = 21o 25’ LU
2). λ bujur Ka’bah (kota Mekah) λ = 39o 50’ BT

c. Rumus yang digunakan :

1). Rumus arah kiblat

Cotan B = Cotan b Sin a - Cos a Cotan C
Sin C
2). Rumus bantu

Sisi a (a) = 90o – ftp
Sisi b (b) = 90o – fmk
b = 90o – 21o 25’ = 68o 35’ (tetap)
Sisi C (c) = λtp – λmk

Keterangan :

tp = lintang/bujur tempat, dan mk = lintang/bujur Mekah



Contoh Perhitungan Arah Kiblat

Pertanyaan : Hisablah/hitunglah arah kiblat kota Jakarta.

Jawab :
- Data yang diketahui :
a. Lintang tempat kota Mekah (f mk ) = 21o 25’ LU
Bujur tempat kota Mekah (λ mk) = 39o 50’ BT
b. Lintang tempat kota Surabaya (f tp ) = - 7o 15’ LS
Bujur tempat kota Surabaya (λ tp ) = 112o 45’ BT
- Langkah-langkah yang harus ditempuh :

a. Dicari dulu dengan rumus bantu :
a = 90o – f tp
b = 90o – f mk
C = λtp - λ mk

Harga yang didapat :
a = 90o – (- 7o 15’) = 97o 15’
b = 90o - 21o 25’ = 68o 35’ (tetap)
C =112o 45’ - 39o 50’ = 72o 55’
b. Data dimasukkan dalam rumus arah kiblat
Cotan B = Cotan b Sin a - Cos a Cotan C
Sin C
Cotan B = Cotan 68o 35’ Sin 97o 15’ - Cos 97o 15’ Cotan 72o 55’
Sin 72o 55’
- Pijat tombol kalkulator secara berurutan sesuai dengan typenya:

a. Casio fx 120, 124, 130

68o 35’ Tan 1/x x 97o 15’ Sin = : 72o 55’ Sin = - 97o 15’ Cos x 72o 55’ Tan 1/x = 1/x Inv Tan Inv o ’’ 65o 58’ 14.97” U - B atau 24o 01’ 45.03” B – U, dan Azimut kiblat 2924o 01’ 45.03” UTSB.

b. Casio fx 3600, 3800, 3900, 4100
68o 35’ Tan Inv 1/x x 97o 15’ Sin = : 72o 55’ Sin = - 97o 15’ Cos x 72o 55’ Tan Inv 1/x = Inv 1/x Inv Tan Inv o ’’ 65o 58’ 14.97” U - B atau 24o 01’ 45.03” B – U, dan Azimut kiblat 294o 01’ 45.03” UTSB.

c. Karce-131 Scientific, Casio fx 350 MS SVPAM, 4000 P , 4500 P , 5000 P.

1 / Tan 68o 35’ x Sin 97o 15’ / Sin 72o 55’ Exe - Cos 97o 15’ x 1 / Tan 72o 55’ Exe x-1 Exe Shift Tan Ans Exe Shift o’’65o 58’ 14.97” U - B atau 24o 01’ 45.03” B – U, dan Azimut kiblat 294o 01’ 45.03” UTSB.

Keterangan :
1. U-B : diukur dari titik Utara ke arah Barat
2. B-U : diukur dari titik Barat ke arah Utara
3. UTSB : diukur dari titik Utara se arah jarum jam (Utara - Timur - Selatan – Barat)
4. a. tanda / bisa diganti : b. tanda Exe bisa diganti = c. tanda x-1 dipijat shift (
- Pembuktian : Jarak terdekat arah kiblat dari tempat lokasi ke Ka’bah (Mekah).

Jika λ = 00o 00’ s.d 39o 50’ BT, maka C = 39o 50’ - λ
Jika λ = 39o 50’ s.d 180o 00’ BT, maka C = λ - 39o 50’
Jika λ = 00o 00’ s.d 140o 10’ BB, maka C = λ + 39o 50’
Jika λ = 140o 10’ s.d 180o 00’ BB, maka C = 320o 10 - λ

a. ke arah barat : 112o 45’ - 39o 50’ = 72o 55’
b. ke arah timur : 180o + (180o – 72o 55’) = 180o + 107o 05’ = 287o 05’
c. Lingkaran sudut busur derajat = 72o 55’ + 287o 05’ = 360o.
d. 1o = 4’ = 110 km : 72o 55’ x 111 km = 8093,75 km ( ke arah barat) dan 287o 05’ x 111 km = 31866,25 km ( ke arah timur).

e. Jarak terdekat arah kiblat kota SURABAYA menghadap ke barat serong ke utara (ke kanan), karena kota SURABAYA berada di sebelah selatan garis equator/khatulistiwa (f = - 7o 15’ LS), sedang Ka’bah (Mekah) berada di sebelah utara garis equator/khatulistiwa (f = 21o 25’ LU).


Gambar Arah Kiblat






Program Arah Kiblat

a. Aplikasi program ARAH KIBLAT dengan menggunakan Scientific Calculator Casio FX-4500PA
AC MODE EXP - KIBLAT EXE - F1 L1
Q = tan-1 (1/(cos P tan 21o 25’/ sin (B - 39o50’) - sin P/tan (B-39o50’))): A“KIBLAT”=QΔ A“KIBLAT”=90-QΔA“AZKIBLAT”= 360-QΔ EXE

b. Cara penggunaannya :
AC FILE KIBLAT EXE P? -7o15’ EXE B? 112o 45’ EXE SHIFT o’’’ KIBLAT = 65o 58’ 14.97” EXE SHIFT o’’’ KIBLAT = 24o 01’ 45.03” EXE SHIFT o’’’ AZKIBLAT = 294o 01’45.03”

[1] Departemen P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 2, cet. IX, Jakarta : Balai Pustaka, 1999, hlm. 54
[2] Saadoe’ddin Djambek, Arah Kiblat, cet II, Jakarta, Tintamas, 1956, hlm. 6.
[3] Ibid, hlm. 9.
[4] Departemen Agama RI, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, Jakarta, 1994, hlm.10.
[5] Muhammad ibn Ali ibn Muhammad As Syaukani, Nailul Author, jilid II, Beirut : Al Amaliyah, 1983, hlm.169.
Hak Penyuntingan dan Penyiaran diperbolehkan dengan menyebut Sumber dan Penulisnya
[ Ke Atas ]


Oleh: Mutoha - Anggota BHR DIY - koord. Jogja Astro Club (JAC) - Member Islamic Crescent's Observation Project (ICOP)
" Menuju Obsesi Lahirnya Sistem Tunggal Penanggalan Islam di Indonesia "
Milis : http://groups.yahoo.com/group/rukyatulhilal/
Kunjungan :

Tidak ada komentar: